Ma'al hibral ilal maqbarah begitulah kira-kira Imam Ahmad bin Hambal memotivasi dirinya. Ma'al hibral ilal maqbarah
arti sederhananya: bersama pena sampai keperistirahatan, alias kuburan.
Kita tahu sendiri bahwa Imam Ahmad bin Hambal termasuk salah satu ulama
yang karyanya kekal sampai sekarang dan dibaca oleh milyaran manusia di
muka bumi ini.
Menurut hemat saya, menulis bukanlah suatu hal
yang mudah, tapi juga bukanlah suatu hal yang sulit. Menulis dianggap
sulit bagi mereka yang tidak mau memulainya, tapi bagi mereka yang mau
untuk memulai, menulis akan menjadi mudah, asyik dan menggembirakan.
Perlu diketahui, menulis butuh waktu, proses dan renungan. Sebab,
hakikat tulisan terpancar dari pikiran dan hati. Boleh jadi konten
tulisan yang radikal berawal dari pikiran dan hati yang sedang marah.
Begitupun sebaliknya, saat suasana pikiran dan hati tenang, alur tulisan
pun menjadi damai dan nyaman. Menulis tidak jauh berbeda dengan ucapan.
Sebab tulisan merupakan ungkapan lisan yang tersampaikan dengan bentuk
huruf yang berawal dari buah pikiran, pengetahuan dan pengalaman. Karena
tulisan adalah bahasa lisan (ucapan) yang tersampaikan dengan tarian
tangan, maka setiap ucapan yang bermuara dari hati akan masuk ke hati,
begitupun setiap rangkaian kata (tulisan) yang keluar dari hati akan
berlabuh di hati pula.
Hebatnya sebuah tulisan dapat menghipnotis
dan memengaruhi pembaca, menggiringnya bernostalgia ke alam pikiran dan
imajinasi yang dituangkan oleh penulis. Seorang penulis ilmu yang sesuai
dengan akidah yang benar secara tidak langsung akan memengaruhi pembaca
untuk mengenal akidah yang benar. Begitupun sebaliknya, penulis yang
menyebarkan akidah yang salah, jika pembacanya termasuk orang yang belum
mampu mengetahui tentang salah dan benarnya sebuah tulisan yang ditulis
oleh penulis, boleh jadi pembaca akan mengikutinya tanpa ada tanda
tanya dan kritik sedikitpun.
Oleh karenanya penting bagi pembaca
mengetahui mana tulisan yang mengarahkannya kepada akidah yang benar dan
akidah yang melenceng dan mana tulisan yang benar informasinya dan yang
tidak benar. Oleh karenaya, pembaca janganlah merasa puas dengan satu
bacaan, tetapi carilah bacaan lain sebagai bahan referensi dan
perbandingan.
Bagi para penulis, menulis bukan hanya sekedar hobi
dan kesenangan semata, namun lebih dari itu, menulis adalah tanggung
jawab yang harus dilaksanakan, diimplemenatsikan dalam kehidupan nyata.
Menulis adalah sarana dakwah menyampaikan ilmu yang belum tersampaikan,
sehingga dari tulisan yang dibaca pembaca dan diamalkan dalam dunia
nyata, penulisnya pun mendapatkan pahala dari pembaca yang mengamalkan
tulisannya. Begitu juga penulis, wajib mengamalkan apa yang sesuai
dengan isi tulisannya. Sebab tulisan tak ubahnya ucapan yang harus
senantiasa diamalkan. Tulisan adalah ilmu yang harus diamalkan.
Mengutip
pernyataan Imam Al-Ghazali: Kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan
pula anak seorang raja, maka menulislah. Begitulah kira-kira apa yang
disampaikan Imam Al-Ghazali kepada kita tentang urgensi menulis ilmu.
Semua pasti sepakat jika para ilmuan Barat dan Islam dikenal karena
karyanya yang fenomenal. Sebut saja, Aristoteles, Plato, Karl Marx,
Al-Farabi, Ibnu Rusyd, dan Al-Ghazali adalah segelintir orang yang
membuktikan dirinya layak disebut intelektual dengan buku-buku yang
dihasilkannya. (Radar Bangka, 25, Februari 2015).
Ada ungkapan
menarik yang bisa kita jadikan motivasi untuk menumbuhkan rasa semangat
menulis. Kurang lebih begini isi ungkapan tersebut:
“Kalau kamu ingin
mengenal dunia maka membacalah, tapi kalau dunia ingin mengenalmu maka
menulislah”.
* Alumni Santri Pondok Pesantren Sidogiri yang sedang kuliah di STEI Tazkia Bogor Jurusan Bisnis dan Manajemen Islam.
SUMBER : http://www.nu.or.id
0 comments:
Post a Comment