Indonesia yang di dalamnya berpenduduk mayoritas muslim
kini sedang berhadapan dengan berbagai permasalahan internal maupun eksternal.
Krisis kepemimpinan turut menjadi sorotan dalam islam itu sendiri, bukan karena
tidak adanya kader yang berpendidikan atau juga tidak ada yang berani maju ke
muka, justru yang menjadi permasalahan adalah sulitnya mencari sosok yang mampu
mengembalikan kepercayaan masyarakat dari imbas sebagian oknum yang mencemarkan
nama baik islam itu sendiri.
Berangkat dari kekecewaan masyarakat umum dengan
adanya berbagai macam tragedi dan konflik dengan label Islam seperti kerusuhan
antar golongan, kekerasan, terorisme dan lain-lain dengan mengaitkan islam di
dalamnya tentu sangat merugikan seluruh muslim. selain pencemaran nama baik agama,
Imbasnya adalah kriris kepercayaan masyarakat luas terhadap para kader islam
untuk memimpin bangsa. Alih-alih kita ingin mengembalikan citra baik islam
dengan konsep rahmatan lil ‘alaminnya, justru situasi telah diambil alih oleh
kepentingan sebagian pihak dengan mengusung sikap kepolosan, kesederhanaan,
kejujuran dan sebagainya untuk menarik simpatik dari masyarakat yang
dipercantik lagi dengan polesan berbagai media. Dan luar biasa..!, dari peluang
dan celah itu dengan cermat mereka gunakan sebagai jurus sakti untuk memukau
masyarakat luas. Alhasil, kita seolah terbangun dari tidur panjang dan baru
menyadari bahwa betapa pentingnya untuk mendengarkan harapan maupun ratapan
dari masyarakat kecil. Mereka tidak lagi memandang pemimpin dari pintar atau sebaliknya,
tampan ataupun tidak, kaya ataupun miskin, gagah ataupun loyo. Masyarakat hanya
akan memihak kepada siapa yang terlihat paling dekat dengan keinginan dan
harapan mereka, siapa yang paling rela turun langsung untuk menyodorkan telinganya
mendengar jeritan mereka, singkat kata sekaligus menjadi kata kuncinya adalah
“merakyat”. Ya, inilah realita yang ada, saat masyarakat bosan dan muak dengan
umbaran janji tanpa kejelasan setelahnya.
Sebagaimana saya singgung diawal tadi, bahwa Negara yang
mayoritas Islam ini tidak bisa dijadikan garis patokan untuk dapat mengangkat
pemimpin yang mengusung nama agama Islam itu sendiri, dengan realita dan
keadaan yang mengkrisiskan kepercayaan masyarakat ini, semoga menjadi pelajaran
berharga untuk kita semua khususnya bagi para muslim bahwa kitalah yang
seharusnya meraih kepercayaan itu sepenuhnya, karena dengan berbagai pencitraan
yang dijadikan pemikat itu dan entah disadari ataupun tidak, ternyata hanya
mengadopsi dari sebagian kemulyaan akhlak Rasulullah SAW. Beliau yang
mengajarkan kesederhanaan yang perlahan kita berpaling untuk mengikuti trend
bahkan bersaing dalam urusan harta, Beliau pula yang mengajarkan untuk berlaku
jujur dan adil, peduli dengan seksama, menyayangi sekaligus menyantuni anak
yatim,fakir dan miskin, serta akhlak-akhlak terpuji lainnya untuk diterpakan
dalam kehidupan dimanapun tempat dan posisinya yang kesemuanya untuk mencapai
kebaikan dunia maupun akhirat, tidak hanya untuk kepentingan pencitraan dan
bumbu politik. Namun sungguh sayang, dengan ajaran dan tauladan akhlak Rasul yang dari 14 abad silam yang mampu
melunakkan hati bangsa Quraisy itu justru kita lalaikan, bahkan justru menjadi
topeng sementara belaka untuk kepentingan politik.
Betapa bangga dan bahagianya kita jika dipimpin oleh sosok
yang berakhlak dengan akhlaknya Rasul SAW. Bukan hanya kepercayaan yang didapat
dari masyarakat, jiwa dan ragapun akan dipertaruhkan untuk melindungi sosok
hebat itu. pertanyaan kini adalah, siapakah sosok pemimpin yang diharapan
itu..? yang mampu merakyat tanpa rekayasa, berakhlak tanpa pencitraan, dan
menjunjung tinggi pancasila dalam bernegara…?
Siapapun dia, Entah akan ada ataupun tidak dan mungkin
hanya impian sesaat belaka, jika ada sudah lahirkah dan dimana dia, atau
mungkin masih lama dan memang akan terlahir nanti untuk menyambut perjuangan
para pejuang bangsa, Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan itu, kini saatnya kita
harus mulai berkaca kepada diri masing-masing dan mengambil hikmah dari setiap
kejadian, bahwa Akhlak Rasul SAW harus ada dan tertanam dalam diri kita
masing-masing. Dengan bekal pribadi yang berakhlak bersamaan dengan aqidah yang
kuat, keilmuan dan intelektual yang mumpuni, serta jiwa-jiwa yang terampil,
diharapkan nantinya akan membawa bangsa ini sesuai dengan hajat dan harapan
kita semua yakni NKRI yang utuh dalam suasana “Baldatun Thoyyibatun Warobbun
Ghofuur”.
Saya berharap tulisan ini dapat bermanfaat dan menggugah
kembali rasa cinta kita kepada Tanah Air ini dan bertekad untuk menauladani
akhlak Rasul SAW. Dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Pahamilah..! karena MUNGKIN ANDALAH YANG DITAKDIRKAN ALLAH UNTUK MEMIMPIN
NEGERI INI NANTI…!
Bandar Lampung,Senin 04-04-2016
0 comments:
Post a Comment