ILUSTRASI |
Maka dengan begitu
keistimewaan shalat gernana dibanding dengan shalat sunnah sunnah lainnya
terletak pada bilangan ruku’ pada setiap roka’atnya. Apalagi dalam setiap ruku’
disunnahkan membaca tasbih berulang-ulang dan berlama-lama.
سُبْحَانِ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
وَبِحَمْدِهِ
Tasbih berarti
gerak yang dinamis seperti ketika bulan berrotasi (berputar mengelilingi
kutubnya) dan berevolusi (mengelilingi) bumi, bumi berotasi dan berevolusi
mengelilingi matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat
galaksi Bimasakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam
rotasi dan revolusi itu. Maka bertasbihlah! Maha
Suci Allah,Yang Maha Agung!
Adapun tata cara
shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Memastikan
terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih dahulu.
2. Shalat gerhana
dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum sholat,
jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan, ”Ash-shalatu
jaami'ah.”
Dari
Abdullah bin Umar, beliau mengatakan:
لمّا
كسَفَت الشمس على عهد رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – نودي:
الصلاة جامعة
“Ketika terjadi
gerhana matahari di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diserukan:
As-shalaatu jaami’ah”.
(HR. Bukhari & Muslim)
Makna
kalimat ini adalah: Hadirilah shalat yang dilaksanakan secara berjamaah ini. ( Fathul
Bari, 2/533, dinukil dari Mausu’ah Fiqhiyah Muyassarah, Husain Al-Awayisyah,
2/173).
4.
Shalat gerhana dikerjakan secara berjamaah
Imam Bukhari membuat judul bab:
Imam Bukhari membuat judul bab:
باب صلاة
الكسوف جماعة
“Bab
shalat kusuf secara berjamaah”.
Al-Hafidz
menjelaskan:
وإن لم
يحضروا الإِمام الراتب، فيؤمّ لهم بعضهم وبه قال الجمهور
“Meskipun
imam tetap tidak datang. Maka salah satu diantara masyarakat menjadi imam bagi
jamaah yang lain. Ini adalah pendapat mayoritas ulama”. (Fathul Bari, 2/540, dinukil
dari Mausu’ah Fiqhiyah Muyassarah, Husain Al-Awayisyah, 2/174)
5. Niat melakukan
sholat gerhana matahari (kusufisy-syams)
atau gerhana bulan (khusufil-qamar),
menjadi imam atau ma’mum.
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ
الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
6. Sholat gerhana
dilakukan sebanyak dua rakaat.
7. Setiap rakaat
terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
8. Setelah rukuk
pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat kembali
9. Pada rakaat
pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Demikian pula
pada rakaat kedua,bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.Misalnya
rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman (55), lalu raka’at kedua membaca
al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
Sayyidah A’isyah
mengatakan:
ما سجدْت سجوداً قطّ
كان أطول منه
“Saya belum
pernah melakukan sujud yang lebih panjang dari pada sujud shalat gerhana”. (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang
lain, beliau mengatakan:
ما ركعتُ ركوعاً
قطّ، ولا سجدت سجوداً قطّ؛ كان أطول منه
“Saya belum
rukuk maupun sujud sekalipun yang lebih panjang dari pada rukuk dan sujud
ketika shalat gerhana”.
(HR. Muslim)
10.
Bacaan shalat gerhana matahari dikeraskan, meskipun dilakukan di siang hari
Imam
Bukhari membuat judul bab dalam shahihnya:
باب
الجهر بالقراءة في الكسوف
”Bab
mengeraskan bacaan ketika shalat kusuf (gerhana)”.
Kemudian
beliau membawakan beberapa dalil yang menunjukkan anjuran itu.
11. Setelah sholat
disunahkan untuk berkhutbah.
0 comments:
Post a Comment